BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketua Badan Pengelola Objek Wisata Penataran Beratan IGN Budana Arta menyatakan sejak 30 tahun terakhir Pura Penataran ini tidak pernah direhab, sehingga kondisinya banyak yang sudah lapuk. Menurutnya, sebagai suatu tempat pemujaan, kelayakan pura ini patut dipertimbangkan. Sedangkan sebagai tempat wisata keunikan berupa kekunoan sering dianggap alami merupakan satu daya tarik tersendiri. Akan tetapi sebagai tempat pemujaan dianggap sangat layak untuk dilakukan rehab.Artha menyatakan sejak Maret lalu telah dilakukan rehab tahap I yang terdiri atas tujuh pelinggih yang sudah keropos. Dana yang dibutuhkan untuk hal ini sebesar Rp 600 juta. Sedangkan untuk tahap II nanti, pihaknya merencanakan akan melakukan rehab pagar, candi dan bangunan lainnya yang diperkirakan menelan dana sebesar Rp 2 milyar. Kesepuluh pura pengider ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Baturiti, bahkan Pura Pucak Sangkur sering dikaitkan dengan tempat memohon bagi para pejabat di lingkungan Propinsi Bali. Pada saat bulan purnama banyak pemedek yang tangkil baik dengan tujuan peningkatan spiritual maupun keinginan duniawi. Alamnya yang teduh dan tenang di pura ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi banyak penekun spiritual.Suatu kekeliruan yang telah meluas terjadi bahwa Pura Penataran ini sering disebut Pura Ulun Danu. Menurut Artha, setelah dilakukan rembuk antara tokoh-tokoh ternyata yang benar merupakan Pura Penataran. Sedangkan yang dinyatakan sebagai Pura Ulun Danu adalah Pura Manik Umawang yang letaknya memang di daerah hulu dari danau. Nama Ulun Danu terus melekat dengan belum digantinya pelang nama objek wisata Ulun Danu di pintu masuk areal ini. untuk hal tersebut, Artha mengaku akan segera mengganti papan nama tersebut dengan nama pura yang sebenarnya. Selain itu, sejarah pembangunan pura yang belum tercatat akan diupayakan untuk dikumpulkan sumber-sumbernya yang selanjutnya akan dibukukan. Selain melakukan rehab terhadap pura yang ada di areal objek wisata Beratan, menurut Artha, tugas berat lainnya yang harus dilakukannya bersama seluruh komponen masyarakat Bali adalah menjaga kelestarian tempat tersebut. Seluruh masyarakat Bali hendaknya menjaga sumber alam ini dengan bijak. Sebab, jika terjadi penyusutan volume air yang diakibatkan oleh perilaku manusia, kesuburan dan keindahan alam Bali akan terancam. Sebab, danau merupakan sumber kesuburan jagat.
1.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam menulis laporan ini adalah metode observasi dan wawancara dengan para petugas yang bekerja di tempat tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Pura Penataran Ulundanu Beratan merupakan sebuah tempat suci bagi umat Hindu. Setiap orang yang sembahyang di sana merasakan suasana yang hening, karna selain tempatnya yang indah dan bersih di sana juga masyarakat sekaligus dapat menikmati pemandangan danau. Kelompok kami melakukan penelitian ini dengan tujuan supaya dapat mengetahui sejarah dari objek wisata yang berada di dekat Kebun Raya Bedugul dapat menarik minat para pengunjung dari dalam maupun luar negeri.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Pura Penataran Beratan
Mengutip dari sebuah sumber, Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan di desa candikuning Tabanan Bedugul terurai dalam Lontar Babad Mengwi tahun Saka 1556. Dahulu, seorang bernama I Gusti Agung Putu yang kalah perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng atau Ki Ngurah Kekeran. Sebagai tawanan, beliau diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan kemudian diserahkan ke patih Marga bernama I Gusti Bebalang. Kemudian untuk dapat bangkit dari kekalahan, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak gunung Mangu sampai beliau mendapat pencerahan di sana. Beliau kemudian turun gunung, mendirikan istana Belayu (Bala Ayu), kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan menang. Dari kemenangan itu istana dipindahkan ke Bekak dengan nama Puri Kaleran. Ditempat ini kemudian I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan Taman Ganter dengan istana bernama Kawiapura. Setelah berkali2 menang perang, termasuk membantu Raja Tabanan melawan musuhnya, seiring dengan berdirinya Kerajaan Mengwi, beliau mendirikan tempat pemujaan di tepi danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu. Di sebelah timur, terdapat pelinggih Meru Tumpang Tiga stana Lingga Petak yang konon merupakan bentuk pemujaan Siwa Lingga yang juga merupakan wujud Lingga Yoni.
Memuja Tuhan dengan sarana Lingga Yoni ditujukan untuk memohon kesuburan pertanian. Gunung Mangu digambarkan sebagai Lingga dan Danau Beratan sebagai Yoni.
Di sekitar pura, hawanya lumayan dingin. Pura Dangkahyangan Penataran Beratan atau disingkat Pura Penataran Beratan adalah sebuah tempat suci yang terletak di tepi Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Keindahan alam yang terdiri atas air danau yang tenang dan sejuk serta hijau pepohonan di sekitarnya menjadi ciri khas dari pura ini. Dari Kota Denpasar, untuk mencapai pura ini harus menempuh jarak sekitar 51 km. Udara pegunungan yang dingin akan menyapa setiap pengunjung yang memasuki kawasan Candikuning. Pura yang terletak pada ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut ini memang terkenal memiliki suhu yang sangat nyaman yakni berada pada kisaran 18-22 derajat Celsius. Sangat berbeda dengan suhu udara di tempat lainnya yang rata-rata lebih tinggi. Selain itu kabut tipis yang menyelimuti daerah pegunungan ini menjadi pesona tersendiri.
Daerah Bedugul, Baturiti memang terkenal dengan pesona alamnya, terutama berasal dari pemandangan Danau Beratan. Daerah ini sangat subur dan sentra penanaman sayur dan tanaman hias. Jika pemedek memasuki areal pura ini, pesona indahnya alam dan getaran spiritual sangat terasa. Di samping karena hawanya yang sangat sejuk, air Danau Beratan yang tenang dan sejuk seolah mengingatkan manusia pada keagungan spiritual. Bagi para pemedek Pura Penataran Beratan menjadi salah satu tujuan tirtayatra yang sangat bermakna. Sedangkan bagi para pelancong, areal pura yang tergabung dalam objek wisata Danau Beratan ini mampu memberikan rasa terang, senang dan damai dengan pelukan pesona keindahan alamnya. Di pura yang diperkirakan dibangun pada zaman kerajaan di Bali ini, ada sesuatu keindahan yang sulit untuk diterjemahkan ke dalam kata-kata. Banyak pengunjung yang menyatakan sebagai suatu keindahan yang menyentuh rasa terdalam, semacam nektar (madu) spiritual. Sejauh mata memandang, hijau pegunungan dan jernihnya air laut akan menggugah perasaan terdalam manusia, yang mengingatkan pada keagungan ciptaan Tuhan yang harus dirawat dan dijaga oleh manusia. Bisa menikmati alam yang indah ini merupakan satu kesempatan yang indah yang mungkin akan terus terbayang sepanjang perjalanan hidup.
2.2. Pura Penataran
Pura pertama yang ditemui ketika memasuki areal ini adalah Pelinggih Pande. Di sini dapat ditemui peninggalan prasejarah yang berupa sarkopagus, alat-alat rumah tangga dan benda-benda peninggalan kuno lainnya. Benda-benda ini dibuatkan pelinggih sederhana di areal pura yang sempit itu. Pura ini bersebelahan dengan pohon beringin besar yang telah berusia lebih dari seratus tahun. Setiap hari tertentu, para pasemetonan Pande sering melakukan pemujaan di tempat ini. Selain itu persis di depan Pura Penataran terdapat Pura Dalem Purwa.Pura Penataran Beratan merupakan pura utama yang terdiri atas beberapa pelinggih dan meru. Areal utama mandala dari pura ini juga merupakan daerah yang terluas dari beberapa pura yang ada. Selain pintu utama, pemedek dapat memasuki pura melalui dua pintu bagian depan dan satu pintu yang tembus persis di tepi danau. Aturan di pura ini sangat ketat, di utama mandala hanya dapat dimasuki oleh mereka yang melakukan persembahyangan saja dan berpakaian adat. Suasana di dalam pura terasa sangat berbeda dengan di luar. Di situ lebih tenang dan lebih khidmat, tanpa ada wisatawan yang lalu-lalang, apalagi ditambah dengan bau dupa yang semerbak. Umat yang masuk ke dalam pura ini benar-benar bermaksud untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sayang sekali, kondisi pura ini memprihatinkan karena banyak bangunan yang mulai lapuk serta keropos. Sementara itu, selain Pura Penataran, pura yang terletak pada danau yakni pura dengan meru tumpang 11 dan meru tumpang 3 menjadi sorotan lensa para pengunjung. Pura dengan meru tumpang 11 merupakan penghayatan terhadap Batara Pucak Mangu dan tumpang 3 merupakan pemujaan Dewi Danu. Dua pura yang terletak di danau terutama saat air danau penuh menjadi pemandangan tersendiri. Pura Dewi Danu merupakan penghayatan akan kesejahteraan bumi, di mana air merupakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan jagat. Dengan melakukan pemujaan terhadap Dewi Danu, diharapkan kesejahteraan masyarakat Bali semakin meningkat dan kesadaran manusia untuk memelihara sumber-sumber alam semakin meningkat. Sebab, mata air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Hampir setiap hari banyak pemedek dari berbagai daerah berdatangan untuk tujuan tertentu di antaranya upacara yang berhubungan dengan pitra yadnya maupun dewa yadnya. Selain itu, pura ini diyakini sebagai tempat untuk memohon kemakmuran dan rezeki.Terdapat 10 pura pengider pada Pura Penataran Beratan. Masing-masing dewa yang distanakan pada pura pengider ini berbeda. Kesepuluh pura pengider itu adalah Pura Pucak Mangu, Pura Manik Umawang (Ulun Danu), Pura Rejeng Besi, Pura Pucak Resi Sangkur, Pura Pucak Candi Mas, Pura Teratai Bang, terletak di lokasi Kebun Raya. Pura Batu Meringgit terletak di lokasi Kebun Raya, Pura Pucak Pungangan, Pura Pucak Sari, dan Pura Kayu Sugih. Pada saat piodalan yang jatuh pada Anggarkasih Julungwangi ini, kesepuluh Batara yang berstana di masing-masing pura pengider distanakan dan dipuja selama piodalan berlangsung. Namun, dalam keseharian Tri Murti yakni Brahma, Wisnu dan Siwa merupakan fokus pemujaan di pura ini.Menurut beberapa sumber pemujaan Tri Murti di pura ini merupakan suatu bentuk pencarian spiritual yang seimbang dan selaras atau sesuai dengan masyarakat Bali. Pura ini di-empon oleh empat satakan, yang merupakan pengempon secara turun-temurun. Satakan Candikuning sebagai pekandel dari pura ini yang terdiri atas lima desa pakraman, Satakan Bangah, Satakan Baturiti dan Satakan Antapan. Keempat satakan ini bekerja bahu-membahu dalam pelaksanaan piodalan maupun perawatan dari pura ini. Sementara Puri Marga merupakan penganceng, sedangkan Puri Mengwi, Belayu dan Perean sebagai pengabeh.
2.3. Pagoda
Keunikan lain dari areal pura ini adalah adanya sejenis pagoda yang terdapat arca Buddha. Banyak pengunjung yang mengira bahwa tempat ini khusus dibangun untuk memuja Sang Buddha, tetapi konon bangunan ini justru dibangun oleh umat Hindu. akan tetapi hingga kini masyarakat Hindu jarang melakukan pemujaan di tempat ini, hanya ada beberapa umat Buddha yang melakukan sembah bakti.